Pertanyaan:
Saya pernah mendengar hadits bahwa sekte Qadariyah disebut sebagai kaum Majusi dari umat ini. Apakah hadits ini shahih dan apa maksudnya?
Jawaban:
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu wassalamu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in, amma ba’du.
Orang Qadariyah adalah orang-orang yang tidak meyakini adanya takdir dan bahwa kejadian-kejadian yang terjadi di dunia ini bukan ciptaan Allah namun ciptaan masing-masing makhluk. Sehingga Allah ta’ala tidak mengetahui kejadian yang menimpa manusia kecuali setelah terjadinya.
Dalam hadits dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
القدرِيَّةُ مَجوسُ هذهِ الأُمةِ ، إنْ مَرِضُوا فلا تعودُوهمْ ، وإنْ ماتُوا فلا تَشهَدُوهمْ
“Qadariyah adalah majusinya umat ini. Jika mereka sakit, jangan dijenguk. Jika mereka meninggal, jangan disaksikan pemakamannya”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya (no. 4691), Imam Ahmad dalam Musnadnya (no. 5584), Ath-Thabarani dalam Mu’jam Al-Ausath (no.2494). Hadits ini didhaifkan oleh Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair (hal.296), Ibnu Hajar dalam Hidayatur Ruwah (1/102), dan Syu’aib Al-Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad. Namun dihasankan oleh sebagian ulama seperti An-Nawawi sebagaimana dalam Syarah Arba’in Libni Daqiq (hal.54), dan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ (no.4442).
Sebagian ulama mengatakan bahwa Qadariyah dikatakan sebagai Majusi dari umat ini karena level keburukan mereka sama dengan Majusi. Al-Mulla Ali Al-Qari rahimahullah menjelaskan:
أي بمنزلتهم في سوء الحال
“Maksudnya dalam hal level keburukan mereka (sama dengan Majusi)” (Syarah Musnad Abu Hanifah, 1/195).
Sebagian ulama mengatakan bahwa yang demikian itu karena orang-orang Qadariyah berkeyakinan bahwa perbuatan baik yang terjadi di alam semesta ini adalah ciptaan Allah. Sedangkan perbuatan buruk yang terjadi di alam semesta ini bukan atas kehendak Allah dan bukan ciptaan Allah, namun ciptaan makhluk sendiri.
Dengan demikian, mereka mirip seperti orang Majusi yang meyakini ada dua Tuhan, pencipta kebaikan dan pencipta keburukan. Ath-Thibbi rahimahullah mengatakan:
لأنهم أحدثوا في الإسلام مذهباً يضاهي مذهب المجوس من وجه، وهو أن المجوس يضيفون الكوائن في دعواهم الباطلة إلى إلهين اثنين يسمون أحدهما يزدان، والآخر أهرمن، ويزعمون أن يزدان يأتي منه الخير والسرور وأن أهرمن يأتي منه الغم والشرور، ويقولون ذلك في الأحداث والأعيان، فيضاهي قولهم الباطل في إضافة الخير إلى الله، وإضافة الشر إلى غيره
“Karena mereka (Qadariyah) membuat keyakinan baru dalam Islam yang mirip dengan keyakinan orang Majusi dari satu sisi. Yaitu bahwa orang-orang Majusi menisbatkan penciptaan alam semesta kepada dua Tuhan. Yang pertama mereka namai Yazdan dan yang lain mereka namai Ahraman. Mereka mengklaim bahwa Yazdan adalah pencipta kebaikan dan kebahagiaan, dan Ahraman adalah pencipta kesedihan dan keburukan. Sedangkan orang-orang Qadariyah juga meyakini demikian tentang kejadian-kejadian yang terjadi di alam semesta. Yaitu kejadian baik diklaim merupakan ciptaan Allah dan kejadian buruk itu ciptaan selain Allah” (Al-Kasyif ‘an Haqaiq as-Sunan, 2/571).
An-Nawawi rahimahullah mengatakan:
شَبَّهَهُمْ بِهِمْ لِتَقْسِيمِهِمُ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ فِي حُكْمِ الْإِرَادَةِ كَمَا قَسَّمَتِ الْمَجُوسُ فَصَرَفَتِ الْخَيْرَ إِلَى يَزْدَانَ وَالشَّرَّ إِلَى أَهْرَمْنَ
“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menyerupakan Qadariyah dengan Majusi karena orang Qadariyah membedakan antara kebaikan dan keburukan dalam masalah iradah (kehendak) Allah. Sebagaimana orang Majusi mengklaim bahwa kebaikan itu ciptaan Yazdan dan keburukan itu ciptaan Ahraman” (Syarah Shahih Muslim, 1/154).
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad rahimahullah juga menjelaskan:
ولازم قولهم : إن العبد هو الذي يخلق فعله, فأثبتوا خالقا مع الله عز وجل . وبهذا شابهوا المجوس كما ورد في النصوص
“Konsekuensi keyakinan Qadariyah adalah bahwa para hamba yang menciptakan perbuatan mereka sendiri. Maka mereka menetapkan bahwa para hamba adalah pencipta selain Allah ‘azza wa jalla. Dengan demikian mereka serupa dengan orang-orang Majusi sebagaimana dalam hadits” (Ta’liqat ‘ala Syarhis Sunnah Al-Muzanni, 69-70).
Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik.
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.
***
Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/42364-mengapa-qadariyah-disebut-sebagai-majusi-umat-ini.html